Rabu, 14 April 2010

Laporan Biokimia Protein

1.      Tujuan

a.  Kognnitif        : Praktikan dapat memahami protein ditinjau dari segi kimia

b.  Afektif       :Dihadapkan pada gejala-gejala percobaan protein, praktikan menjadi gizi minded

c.  Psikomotor   : Praktikan terampil melakukan percobaan-percobaan protein

2.      Dasar Teori

Protein adalah sumber-sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusun dari sejumlah L-asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida, berbobot molekul tinggi dari 5000 sampai berjuta-juta. Protein terdiri dari bermacam-macam golongan, makro molekul yang heterogen, walaupun demikian semuanya merupakan turunan dari polipeptida dengan BM yang tinggi.

Unsur yang ada dalam hampir semua protein adalah hidrogen, oksigen, nitrogen, dan belerang. Beberapa protein berisi unsur lain seperti besi yang terdapat dalam hemoglobin, iodium terdapat dalam thiroglobin dan fosfor terdapat dalam kasein. Molekul protein sangat besar, masa molekulnya berkisar antara 10.000-25.000. oksihemoglobin dengan rumus molekul (C783H 1166O208N203S2Fe(4 mempunyai massa molekul kurang lebih 65.000.

Asam amino

            Penyusun protein adalah asam amino, yaitu asam organik yang mengandung gugus amimo (-NH2) disamping gugus karboksilat (-COOH). Asam amino yang terdapat di alam selalu berupa asam amino alpa , artinya gugus - NH2 selalu terikat pada atom C- alpa, yaitu atom C di dekat gugus –COOH. Asam amino yang dikenal banyak sekali tetapi hanya 20 jenis yang termasuk penyusun protein alami.

Gugus R disebut gugus samping, gugus inilah yang membedakan sifat-sifat antara satu adam amino dengan asam amino lainnya, sedangkan gugus lainnya sama untuk semua asam amino.

Protein secara kimia dapat dibedakan :

1.      Protein sedehana : terdiri dari polipeptida

2.      Protein kompleks : yang mengandung zat-zat tambahan seperti hem, karbohidrat, lipid atau asam nukleat.

Struktur Protein terbagi atas 4 struktru dasar  yaitu

1.      Struktur Primer / Struktur Utama

2.      Struktur Sekunder

3.      Struktur Tersier

4.      Struktur Kwartener

Berdasarkan fungsinya protein dapat dikelompokkan menjadi :

§  Protein transport (hemoglobin, albumin serum)

§  Protein enzim (tripsin, pepsin)

§  Protein struktural (keratin, kolagen)

§  Protein pertahanan (antibodi, trombin)

§  Protein nutrien (kasein, ovalbumin)

§  Protein pengatur (insulin, hormon pertumbuhan)

Menurut daya larut protein dapat dibedakan :

1.      Albumin.

Albumin larut dalam air dan mengendap dalam garam berkonsentrasi tinggi melalui proses yang disebut penggaraman atau salting aut. Contohnya : albumin telur dan albumin serum.

2.  Globulin

      Globulin tidak larut dalam air, tidak larut dalam garam encer, juga tidak larut dalam garam pekat dengan kejenuhan 30-50 %. Pada temperatur rendah, pengendapan globulin dan albumin dapat dilakukan dengan hati-hati ( mengaduk sesedikit mungkin) memakai metode salting out. Dengan cara ini protein murni bahkan dapat dikristalkan. Contoh : globulin serum dan globulin telur.

3.  Glutelin

      Protein tidak larut dalam larutan netral,tetapi larut dalam asam dan basa encer. Contoh : protein gandum ( glutenin) dan protein padi ( orizenin).

4.  Gliadin ( prolamin)

      Gliadin larut dalam 70 – 80 % etanol,tak larut dalam air dan etanol 100%. Contoh : protein gandum (gliadin) dan protein jagung (zein).

5.      Histon

Sangat basa dibandingkan dengan protein lain dan cenderung berikatan dengan nukleat di dalam sel. Contoh: Histon timus, disebut juga nukleohiston sebab bergandengan dengan histon. Protein globin bersenyawa dengan heme ( senyawa asam) membentuk hemoglobin.

6.      Protamin

Dibanding dengan protein lain, protamin relatif mempunyai bobot molekul rendah. Protamin larut dalam air dan bersifat basa. Biasanya didapatkan bergandengan dengan asam nukleat. Di dalam sperma ikan, disebut nukleoprotamin contoh: salmin.

Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan proses pembentukan jaringan terjadi secara besar-besaran. Pada masa kehamilan proteinlah yang membentuk jaringan janin dan pertumbuhan emrio.

Protein terbentuk dari unsur-unsur organik yang relatif sama dengan karbohidrat dan lemak, yaitu sama-sama terjadi dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen, tetapi bagi protein unsur-unsur ini ditambah lagi dengan unsur nitrogen dan ditemukan pula unsur mineral (fosfor, belerang, besi). Molekul protein tersusun dari asam amino, 12 sampai 18 macam  asam amino yang saling berhubungan dalam suatu ikatan peptida.

 

6.      Pembahasan

Sumber protein dapat diperoleh dari bahan hewani maupun nabati. Salah satu sumber protein dari bahan makanan adalah telur. Telur mengandung protein, lemak, vitamin dan beberapa mineral. Kandungan penyusun protein dapat dibagi kedalam protein putih telur dan protein kuning telur.

Salah satu sumber protein dalam bahan makanan adalah telur. Telur merupakan sumber makanan yang banyak dimanfaatkan manusia. Bahan makanan ini mengandung protein, lemak, vitamin dan beberapa mineral. Kandungan penyusun protein telu dapat dibagi kedalam protein putih telur dan protein kuning telur. Disamping itu, susu juga merupakan salah satu bahan makanan  atau larutan yang mengandung protein. Sehingganya dalam percobaan ini, sampel yang digunakan adalah protein dari susu berupa kasein dan dari putih telur yaitu albumin. Untuk mendapatkan larutan protein, maka putih telur diencerkan dengan aquadest ( H2O ) dengan perbandingan (1:10). Setelah itu larutan protein ini siap diuji. Dalam penentuan uji protei diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif.

A. ANALISIS KUALITATIF ASAM AMINO

Dalam pengujian pembuktian protein pada sampel yang digunakan ada beberapa cara atau tes yang dilakukan, diantaranya

 

a.      Tes Ninhydrin

Reaksi warna protein dengan ninhydrin menunjukkan positif bila memberikan warna biru atau ungu. Reaksi ini terjadi pada gugus amino bebas dari asam amino dengan ninhydrin yang dituliskan di bawah ini :

R                            O                                                       O                 O

+ RCOH

 
            I                                               OH

    H – C – NH2   +  2                                                                         - N = C

            I                                               OH

            CO2H                      II                                                       O                  O

                                            O                                                     

Dalam percobaan ini menambahkan 0,5 ml larutan Ninhydrin 0,1 % dalam 3 ml larutan protein, kemudian memanaskan hingga mendidih, dan ternyata hasilnya positif mengandung protein, karena dalam larutan menghasilkan larutan berwarna biru setelah dipanaskan beberapa menit, yang sebelumnya berwarna bening.

Gugus ninhidrin :

Jawaban pertanyaan :

1.      Warna yang terbentuk sebelum dipanaskan adalah bening tapi setelah dipanaskan berubah menjadi biru.              

2.      Gugus protein yang memberikan tes positif terhadap tes ini adalah gugus amino

b.      Tes Biuret

Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida (-CO-NH-N) dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida. Senyawa dengan dipeptida memberikan warna biru, tripeptida ungu dan tetrapeptida warna merah.

Dalam percobaanh ini, dimana 3 ml larutan protein ditambahkan 1 ml NaOH pekat, dalam penambahan ini warna larutan menjadi bening, hal ini dikarenakan NaOH bersifat basa, sehingga dapat bereaksi dengan larutan protein. Namun setelah ada penambahan tembaga sulfat 0,01 M, maka larutan akan menjadi berwarna ungu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan protein tersebut mengandung protein. Seperti yang dijelaskan diatas, dimana reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida (-CO-NH-N) dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida. Secara umum warna positif dari reaksi biuret ini membentuk senyawa kompleks yang digambarkan dibawah ini :

I                                               I

         O=C                                              C=O

               I                                               I

               NH                                          NH

               I                                               I

           HCR                                        RCH

               I                                               I

               C=O                Cu2+                 C=O

               I                                               I

               NH                                          NH

               I                                               I

           HCR                                        RCH       

Jawaban pertanyaan :

1.      Karena jika kelebihan tembaga sulfat, maka pada saat penambahan amonia, warna tidak akan berubah.

2.      Karena garam ini dapat merubah sifat kelarutan protein dalam air

c.       Pengendapan Dengan logam

Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan. Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik yag bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam netral proteinat yang mengendap. Endapan protein ini akan larut kembali pada penambahan alkali (NH3, NaOH,). Untuk pengendapan dengan logam, salah satu logam berat yang digunakan adalah HgCl2. Jika protein ditambahkan HgCl2 akan terbentuk endapan putih. Ketika larutan protein ditambahkan Pb –asetat terdapat endapan putih tapi hanya sedikit dan terdapat ruang-ruang larutan berwarna bening. Ada beberapa ion yang dapat mengendapkan protein yaitu Ag+, Ca+, Zn+, Hg+, Cu+ dan Pb+,. Jadi peranan HgCl2 adalah untuk menggendapkan protein yang terkandung dalam larutan sampel, sehingga menghasilkan larutan yang positif.

B. ANALISIS PROTEIN SECARA KUANTITATIF

a.      Penentuan Kadar Protein Secara Biuret

Penentuan protein secara biuret didasarkan atas pengukuran serapan cahaya oleh ikatan kompleks yang berwarna ungu. Hal ini terjadi apabila protein bereaksi dengan tembaga dalam lingkungan alkali. Adanya penambahan alkali pada protein dapat menyababkan terjadinya hidrolisis ikatan peptida dari polimer protein. Hidrolisis ini menghasilkan monomer-monomer asam amino dan ada sebagian gugus asam amino yang berubah menjadi amonia. Akibat hidrolisis itu jumlah gugus asam amino berkurang.

Sebelum melakukan percobaan ini, awalnya yang dilakukan adalah pembuatan reagen dan larutan standar yang akan digunakan. Reagen yang akan digunakan adalah reagen biuret dan larutan satandar protein.

-          Reagen biuret dibuat dengan cara : melarutkan 1,5 gram CuSO4. 5H2O dan 6,0 gram NaKC4O6.4H2O kedalam kira-kira 500 ml aquadest dalam labu takar ukuran 1 liter. Kemudian ditambahkan 300 ml NaOH 100 % sambil dikocok. Akhirnya tambahkan air sampai batas garis.

-          Larutan standar protein dibuat dengan cara : melarutkan serum albumin murni atau kasein dalam air dengan kadar 10 mg per ml. Untuk mudahnya ditambahkan beberapa tetes NaOH 3 %

-          Larutan blanko : campuran 1 ml aquadest dan 4 ml reagen biuret kemudian didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar..

Pada percobaan ini yang akan dilakukan adalah menentukan kadar protein dengan menggunakan spektrometer 20.

Percobaan dilakukan dengan mencampurkan 1 ml protein + 4 ml reagen biuret kenudian dikocok dan diamkan selama 30 menit. Sebelum mengukur dan menggunakan alat, terlebih dahulu alat ini sudah harus di hidupkan / dipanaskan selama kurang lebih 15 menit. Setelah itu alat dikalibrasi dengan menggunakan blanko atau aquadest. Setelah itu masukkan dalam kuvet dan baca serapannya pada 450 nm. Mengulangi cara yang sama pada l yang bervariasi yang dimulai dari l 400 nm, 450 nm, 500 nm dan 550 nm. Diperoleh data serapan kadar protein dengan beberapa variasi l sebagai berikut :

l

T

 

400

450

500

550

 

98 T

97,2 T

92 T

89 T

b.      Pembuatan Kasein

Susu merupakan larutan yang berisi protein, laktosa mineral dan vitamintertentu yang mengemulsi lemak dari kasein. Jika lemak dihilangkan dari susu tersebut diperoleh susu skim sedangkan apabila kaseinnya diendapkan residu yang diperoleh disebut serum. Kasein dapat diendapkan dengan cara mengasamkan susu sampai pH 4,7. Larutan dibuat dengan cara mencampurkan 100 ml susu dalam air panas dipanaskan sampai 40o C + 1 ml as asetat glacial tetes demi tetes sambil diaduk. Setelah diaduk kasein mengendap. Selanjutnya menyaring endapan dengan menggunakan corong buchner dengan pompa vakum, terbentuk endapan dan filtrat. Suspensikan endapan dengan 50 ml etanol 95 %, kemudian dekantasi, ulangi dengan menggunakan 50 ml campuran etanol eter, diperoleh endapan yang berbentuk tepung. Cuci endapan dengan 50 ml eter. Hisap endapan kemudian keringkan dan pindahkan pada kaca arloji. Terbentuk kasein dalam bentuk tepung kering.

KESIMPULAN

Dari data yang diperoleh dan pembahasan diatas dapat disimpulkan :

            1.      Ternyata untuk Tes Biuret, Tes Ninhydrin dan penegndapan logam memberikan hasil positif terhadap protein pada telur yaitu pada putih telur (albumin) dengan adanya warna yang ditampilkan pada setiap perlakuan.

            2.      Pada penentuan kadar protein secara kuantitatif secara biuret, diperoleh data sebagai berikut

l

T

 

400

450

500

550

 

98 T

97,2 T

92 T

89 T

   Dari data diatas dapat dilihat pada panjang gelombang 400 nm, memiliki kadar sebesar 98 T.

KEMUNGKINAN KESALAHAN

Ø  Kemungkinan kesalahan pada mereaksikan larutan

Ø  Kesalahan pada saat pemanasan larutan

Ø  Kesalahan pada saat pengukuran larutan

Ø  Kesalahan pada saat pengamatan warna

Daftar Pustaka 

Ø  Team Teaching. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNG : Gorontalo

Ø  Chairil Anwar. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi : Yogyakarta.

Ø  Martoharsono, Soeharsono. 1975. Biokimia. Gadjah Mada University Press. : Yogyakarta

Ø  Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Pres : Jakarta

Laporan Biokimia Lipid

A.      JUDUL PERCOBAAN            :  LIPID

 

 

B.       DASAR TEORI

Lipid adalah nama suatu golongan senyawa organik yang meliputi sejumlah senyawa yang terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam pelarut-pelarut organik tetapi sukar larut atau tidak larut dalam air. Pelarut organik yang dimaksud adalah pelarut organik nonpolar, seperti benzen, pentana,dietil eter,dan karbon tetraklorida.Dengan pelarut-pelarut tersebut lipid dapat diekstraksi dari sel dan jaringan tumbuhan ataupun hewan.

Lipid di kelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok lipid sederhana (simple lipids) dan kelompok lipid kompleks (complex lipid). Lipid sederhana mencakup senyawa-senyawa yang tidak mudah terhidrolisis oleh larutan asam atau basa dalam air dan terdiri dari subkelompok-kelompok: steroid,prostaglandin dan terpena.

Lipid kompleks meliputi subkelompok-kelompok yang mudah terhidrolisis menjadi zat-zat penyusun yang lebih sederhana, yaitu lilin (waxes) dan gliserida.

Komponen-komponen campuran lipid dapat difraksionasi lebih lanjut dengan menggunakan perbedaan kelarutannya didalam berbagai pelarut organik. Sebagai contoh; fosfolipid dapat dipisahkan dari sterol dan lemak netral atas dasar ketidaklarutannya di dalam aseton.

Suatu reaksi yang sangat berguna untuk fraksionasi lipid, adalah reaksi penyabunan. Alkali menghidrolisa lipid kompleks dan menghasilkan sabun dari komponen-komponen yang mengandung asam-asam lemak yang dapat diesterkan.

 

C.      ALAT DAN BAHAN

a. Reaksi uji lipid

1).Uji Akrolein

v  Alat-alat                                                   

- Mortir                                                      - Spatula                                 

- Tabung reaksi                                          - Pipet tetes

- Penjepit tabung                                       - Neraca analitik

- Pembakar bunsen

 

v  Bahan-bahan

- Gliserol                                                   - KHSO4

- Lemak                                                     - Aquades

 

2). Uji Penyabunan

v  Alat-alat

- Tabung reaksi                                          - Penangas air

- Pipet tetes                                               - Gelas kimia

- Gelas ukur

v  Bahan-bahan

- KOH alkoholis 10 %

- Lemak

- Aquades

 

3). Uji Peroksida

v  Alat-alat

- Gelas ukur

- Pipet tetes

- Tabung reaksi

 

v  Bahan-bahan

- Minyak olive                                           - laritan KI 10 %

- Kloroform                                               - Asam asetat glasial

 

b. Sifat-sifat kimia lipid

1). Penentuan Angka Iod

v  Alt-alat

- Neraca analitik                                        - Statif dan buret

- Erlemeyer                                                - Pipet tetes

- Gelas ukur

v  Bahan-bahan

- Lipid

- Kloroform

- Larutan iodin hanus

- Larutan KI 15 %

- Na2S2O3 0,1 N

- Larutan kanji 1 %

PROSEDUR KERJA

D.    HASIL PENGAMATAN

 

PERLAKUAN

HASIL PENGAMATAN

1). Uji Akrolein

- 0,5 gr lemak + 0,5 gr KHSO4, dipanaskan

- 0,5 gr gliserol + 0,5 gr KHSO4, dipanaskan

 

2). Uji Penyabunan

- 10 ml larutan KOH alkoholis 10 % + minyak,dikocok

 

- Dipanaskan di atas penangas air

 

 

- + 10 ml air

- Dipanaskan sampai semua alkohol menguap

 

 

3). Uji Peroksida

- 1 ml minyak olive + 1 ml kloroform

 

- + 1 ml asam asetat glasial,dikocok

 

 

- +  1 tetes larutan KI 10 %

 

- didiamkan selama 5 menit

 

 

- Bau lemak (tengik)

- Tidak berbau

 

 

 

 

- Larutan  berwarna kuning muda tidak saling bercampur

 

- Minyak larut dalam KOH alkoholis dan larutan berwarna kuning muda

 

 

- KOH alkoholis bercampur dengan lemak dan larutan berwarna kuning muda.

 

 

- minyak larut dalam kloroform

 

 

- terbentuk 2 lapisan,lapisan atas minyak yg berwarna kuning dan lapisan bawah berwarna putih.

 

- larutan berwarna kuning

 

- terbentuk 2 lapisan,lap.atas berwarna putih dan lap. Bawah kuning

 

4). Penentuan Angka Iod

- 0,25 gr lipid padat + 10 ml kloroform

 

- + 30 ml larutan iodin hanus

 

- didiamkan selama 30 menit

 

- + 10 ml larutan KI 15 %

 

- + 100 ml aquades

 

- dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N

 

- + 2 ml indikator kanji

 

- dititrasi kembali dengan Na2S2O3 sampai larutan berwarna biru

 

- lipid tidak larut dalam kloroform

 

 

- Larutan berwarna cokelat tua

 

 

-larutan berwarna cokelat muda

 

 

- larutan berwarna kuning

 

- larutan berwarna putih

 

- tidak terjadi perubahan warna larutan

 

E.     PEMBAHASAN

Lipid merupakan senyawa yang banyakterjadi di alam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan jalan mengekstraksi bahan-bahan alam baik tumbuhan maupun hewan dengan pelarut tidak polar sperti petroleum eter, benzena, kloroform, dan lain-lain. Dilihat dari strukturnya senyawa lipida tersusun oleh rantai hidrokarbon yang panjang, sehingga lipida ini tidak larut dalam air. Senyawa lipida diberi nama berdasarkan sifat fisikanya (kelarutan) dari pada secara struktur kimianya. Secara umum lipid dibagi menjadi dua golongan besar yaitu lipid sederhana dan lipid kompleks. Lipid yang termasuk dalam golongan sederhana adalah senyawa-senyawa yang tidak mempunyai gugus ester dan tidak dapat dihidrolisis. Golongan ini merupakan steroid. Golongan lipida kompleks tersusun oleh senyawa-senyawa yang mempunyai gugus ester dan dapat dihidrolisis, yang melipti minyak lemak dan lilin.

Pada percobaan ini dilakukan 3 reaksi uji lipid, yaitu uji akrolein, uji penyabunan, dan uji peroksida. Selain itu dilakukan percobaan penentuan angka iod untuk sifat larutan kmia lipid.

1.      Uji akrolein

Uji akrolein untuk gliserol tergantung pada dehidrasi dan oksidasi gliserol menjadi akrolein. Dalam uji ini ada dua percobaan yaitu percobaan pertama 0,5 gram lemak cair + 0,5 gram KHSO4 yang sudah digerus, kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi kering, selanjutnya dipanaskan dengan pembakar Bunsen, mula-mula dengan api kecil kemudian dilanjutkan dengan api dengan nyala besar. Pada saat dan KHSO4 medidih menghasilkan bau lemak (tengik).Sedangkan pada percobaan yang kedua untuk uji akrolein, 2 ml gliserol ditambahkan dengan 0,5 gr KHSO4 kemudian dipanaskan. Dari hasil yang diperoleh, campuran tersebut tidak menghasilkan bau. Reaksi yang terjadi adalah:

 

 

 

 

 

 

 


2.      Uji Penyabunan

Uji penyabunan untuk asam-asam lemak dilakukan dengan menambahkan 10 ml KOH alkoholis 10% kedalam minyak yang hendak diuji, kemudian dikocok. Pencampuran ini menghasilkan larutan berwarna kuning muda yang tidak saling campur. Setelah itu minyak dan KOH alkoholisis 10% dipanaskan diatas penangas air. Pada proses pemanasan ini minyak dapat larut dalam KOH alkoholisis dan larutan berwarna kuning muda. Adapun reaksi kimia yang terjadi adalah:

 

 


Reaksi di atas dikenal dengan reaksi penyabunan (saponifikasi). Reaksi ini bertujuan untuk pengambilan asam-asam lemak dari minyak, sehingga dihasilkan campuran sabun dan gliserol yang mudah larut dalam air dan alkohol. Pada pengambilan asam lemak ini, minyak dihidrolisis dengan larutan alkali yaitu KOH (Kalium hidrosida)

3.      Uji Peroksida

Minyak atau lemak yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat teroksi dari oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Apabila minyak mengalami oksidasi maka senyawa peroksida yang dihasilkan akan meningkat.

Pada percobaan ini 1 ml minyak olive ditambahkan dengan 1 ml kloroform. Pada proses penambahan ini minyak larut dalam kloroform, karena kloroform merupakan pelarut nonpolar.

Campuran minyak olive dan kloroform kemudian ditambahkan 1 ml asam asetat glasial, kemudian dikocok. Peranan asam asetat glasial dalam pemisahan asam lemak yaitu sebagai katalis, artinya asam asetat dapat mempercepat reaksi yang sedasng berlangsung sehingga reaksinya lebih cepat membentuk asam lemak. Minyak olive yang ditambahkan 1 ml kloroform dan 1 ml CH3COOH glasial kemudian dikocok, menyebabkan terbentuknya 2 lapisan, yaitu pada lapisan atas minyak berwarna kuning dan pda bagian bawah berwarna putih. Campuran tersebut kemudian ditambahkan dengan 1 tetes larutan KI 10% sehingga larutan berwarna kuning. Langkah selanjutnya didiamkan selama 5 menit. Dari proses ini kembali terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas berwarna putih dan bawah berwarna kuning.

 

4.      Penentuan Angka Iod

Lipid mengandung bermacam-macam asam lemak tak jenuh yang bereaksi dengan ion. Jumlah iod yang diabsorpsi menetukan jumlah ketidak jenuhan dalam lipid. Jadi angka iod didefinisikan sebagai berikut: banyaknya gram iod diabsorpsi oleh 100 gr lipid. Dua metode yang umumnya dipakai yaitu: metode Hanus yang memakai iodin bromida sebagai carrier dan metode Wijs yang memakai iodin klorida. Namun metode yang digunakan pada percobaan ini adalah metode iodin Hanus. Sebanyak 0,25 gr lipid padat ditambahkan 10 ml kloroform. Lipid padat ini tidak larut dalam kloroform karena lipid yang digunakan adalah lipid padat, bukan lipid yang sudah dicairkan dengan proses pemanasan.

Selanjutnya ditambahkan 30 ml larutan iodin Hanus kemudian didiamkan selama 30 menit dengan sesekali dikocok. Hasil yang diperoleh, larutan menjadi cokelat tua.

Setelah 30 menit larutan ini ditambahkan dengan 10 ml larutan KI 15%. Larutan berubah warna menjadi cokelat muda. Selanjutnya ditambahkan 100 ml aquadest kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N, larutan menjadi kuning, setelah itu ditambahkan dengan 2 ml indikator kanji sampai larutan berwarna putih dan dititrasi lagi dengan Na2S2O3. Pada titrasi kedua ini larutan tidak berubah atau tidak terjadi perubahan warna larutan.

KEISMPULAN

1.      Uji akrolein untuk gliserol tergantung pada dehidrasi dan oksidasi gliserol menjadi akrolein.

2.      Reaksi pembentukan sabun dari minyak dilarutkan dengan cara mereaksikan alkali dengan minyak sehingga didapatkan suatu sabun.

3.      Pada reaksi safonifikasi dihasilkan campuran gliserol dan sabun

4.      Minyak atau lemak mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida.

5.      Pada percobaan angka iod tidak dihasilkan seperti yang diharapkan, mungkin karena kesalahan pada prosedur kerja.

 

KEMUNGKINAN KESALAHAN

Adapun kemungkinan keslahan pada saat percobaan adalah:

1.      Saat mereaksikan larutan.

2.      Pemanasan larutan.

3.      Pengukuran larutan.

4.      Pengamatan warna.

DAFTAR PUSTAKA 

Anwar Chairil. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.

Kristian. 2003. Kimia Organik I JICA. Malang: Universitas Negeri Malang

Teaching Team. 2007. Penuntun Praktikum Biokimia. Gorontalo: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNG.